Jodoh, Tuhan dan Preferensi

Kamis lalu aku pergi ke bioskop bareng teman. Sebelum film dimulai kami liat trailer film yang dibintangi Cut Meyriska dan Roger Danuarta (lucu juga karena mereka pasangan di dunia nyata). Isinya tentang cinta beda agama dan ras, dan menunjukkan konflik batin dari Cut Meyriska yang memegang teguh latar belakangnya namun sepertinya tertarik juga.

Temenku melempar pertanyaan setelahnya
"Menurutmu gimana?"
Kujawab
"Kalau jodoh emang di tangan Tuhan, kenapa mereka masih punya preferensi? dengan preferensi (suku, ras, latar belakang keluarga, pekerjaan) itu sebenarnya kita yang milih jodoh kita sendiri."

Gaada yang salah dengan preferensi, preferensi ini membantu kita memilih siapa yang lebih baik cocok dengan kita, kecocokan akan kita rasakan saat mulai mengobrol dan menemukan kesamaan selera atau memiliki ketertarikan yang sama.

Aku lebih suka pake kata "cocok" ketimbang "baik" bahkan orang yang "sadist" sekalipun tidak akan bermasalah dengan hubungannya kalau dia ketemu orang yang "maso" kan?

Preferensi bisa juga jadi masalah, preferensi bisa bikin kita cenderung jatuh cinta dengan "idea of person than the person itself" kita jadi jatuh cinta dengan ekspektasi kita terhadap seseorang ketimbang pada orang itu sendiri. Kita ga bisa mengubah orang lain untuk jadi sesuai dengan apa yang kita mau, kita juga ga bisa ketemu orang yang sesuai banget ama "idea of person" yang kita buat di dalam kepala kita

Seringkali kita yang harus berkompromi dengan "hal-hal kecil" yang mengganggu kita dari orang ini
selama tidak melanggar value yang kita pegang dan ga menyakiti diri kita harusnya bisa lah ya

I just hope i meet the "Autumn" after this "Summer" 
Tapi kalau bisa bareng "Summer" bagus juga sih wkwk

Komentar